Bela Negara dengan Merawat Penyu Sisik

Ini kisah tentang Pak Kusnadi dari Kelarik yang merawat ratusan penyu sisik tanpa pamrih. Tinggal di daerah kepulauan, ia memiliki pulau kesayangan yang sering dikunjunginya ketika laut tidak pasang. Bersama teman-temannya, ia menginap di pulau tak berpenghuni, merapikan sampah yang terbawa ombak, dan tak lupa berburu ikan.

Salah satu hal yang paling dinantikannya ialah ketika penyu naik ke daratan untuk membuat lubang dan memendam telur-telurnya. Ia begitu senang dan merasa damai memperhatikan penyu meletakkan telurnya di lubang. Namun, ia sering mendapati warga sekitar menangkapi telur-telur penyu itu untuk dikonsumsi. Tidak hanya itu, ternyata bayi penyu atau tukik yang masih bertulang lunak itu banyak dimangsa predator, baik di darat maupun di laut. Belum lagi penyu-penyu dewasa yang terus diburu untuk dijadikan hiasan dan diperdagangkan di pasar gelap.

"Melihat penyu-penyu yang terus-terusan diburu, saya merasa terpanggil untuk menyelamatkan mereka. Saya punya keinginan membuat penangkaran, tapi terkendala banyak hal. Jadi, saya baru mampunya merawat sendiri di rumah," tuturnya di telepon.

Menurut ceritanya, ketertarikan terhadap penyu itu sudah lama. Ketika ia bekerja di Dinas Perikanan Kabupaten Natuna, baru ia melakukan pendekatan dengan warga sekitar pulau. Pak Kus menginformasikan kepada warga dan kelompok nelayan bahwa penyu sisik dan penyu hijau termasuk satwa yang dilindungi pemerintah. Hal itu dapat kita baca di Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa.

Segelintir warga mau mendengarkan, namun sebagian lainnya tidak mau bekerjasama, bahkan beberapa orang terang-terangan meremehkan Pak Kus.

Bukan Pak Kus namanya kalau tidak sampai berhasil menyelamatkan ratusan penyu sisik. Meski ditolak kelompok nelayan, dan dilempar sana-sini oleh pemerintah ketika meminta bantuan fasilitas dan izin, Pak Kus tidak gentar. Berbekal kesadaran akan kekayaan alam negara kepulauan Indonesia, dan keinginan kuat untuk melestarikan serta menjaga negeri tercinta, Pak Kus berjalan sendiri. Tanpa dukungan komunitas, tanpa iringan pemerintah.

Jika ditilik dengan seksama, upaya Pak Kus dalam merawat, menyelamatkan dan menjaga populasi penyu sisik di daerah Bunguran Utara Kabupaten Natuna termasuk sikap bela negara. Sebagaimana bunyi Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berikut, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Penerapan Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 Pasal 27 ayat 3 mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara dalam upaya pembelaan negara.

Selanjutnya, bela negara dikelompokkan dalam 5 lingkup nilai, yaitu:

  1. cinta tanah air;
  2. sadar berbangsa dan bernegara;
  3. setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara;
  4. rela berkorban untuk bangsa dan negara;
  5. memiliki kemampuan awal bela negara.

Dari kelima lingkup nilai di atas, sikap Pak Kus dapat dikaitkan dengan nilai pertama, cinta tanah air. Cinta tanah air berarti memahami tanah air Indonesia secara utuh. Mulai dari menghayati sejarah perjuangan bangsa, melindungi potensi dan kekayaan sumber daya manusia, hingga menguasai posisi dan letak geografis yang strategis. Dengan memiliki rasa cinta terhadap tanah air, kemudian akan menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk menjaganya sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.

Dapat dikatakan bahwa Pak Kus memahami benar modal dan potensi di daerahnya, yaitu penyu sisik yang darurat perlindungan karena terancam punah. Hingga ia berkorban waktu, tenaga, dan pikiran, tanpa keuntungan finansial sedikit pun. Dikenal dan diberi penghargaan pun tidak. Bahkan setelah ia melepaskan ratusan penyu ke habitatnya.

Sekarang kita tahu, kita bisa mulai menanamkan sikap bela negara dalam diri kita masing-masing. Terlepas dari latar belakang dan profesi. Kita bisa mulai mencintai dan merawat tanah air Indonesia dari yang terdekat, yang mampu kita lakukan saat ini. Jadi, jangan lagi mengatakan membela negara harus dengan senjata dan perang, ya ...


Keterangan:

- Foto pertama: Pak Kusnadi dan anaknya sedang melepaskan tukik ke habitatnya, 2018.

- Foto kedua dan ketiga: Tukik baru berumur sekitar 4 minggu yang dirawat di bak mandi bayi dan bak cuci besar karena keterbatasan fasilitas.

- Foto keempat: Penyu Sisik dewasa, diambil dari 1001indonesia.net

- Tulisan ini pernah ditayangkan di  https://web.facebook.com/sarahmaningrum/posts/pfbid07SZF3W4hLFVrR1k7P3S41BEVvXQBQwiBtQH885qvwY8UWEXLN5HYYnvzQqvva6XNl?_rdc=1&_rdr

- Oya, saya punya kantong jajan nih. Kalau kamu suka tulisan saya, boleh nih ngasih jajan kopi. Hehe. Coba mampir ke sini deh sarahayuur (@sarahayuur) | Nih buat jajan

Comments