Review Film 'Don't Look Up' (2021): Ketika Bumi akan Hancur

Poster film Don't Look Up

Film Don't Look Up sempat ramai dibicarakan pada Desember 2021 lalu. Pasalnya, film garapan Adam McKay ini menggandeng aktor ternama Leonardo DiCaprio dan Jennifer Lawrence sebagai tokoh utama.

Proses syuting film ini berlangsung selama November 2020 hingga Februari 2021. Kemudian, film ini rilis terbatas pada 10 Desember, hingga akhirnya bisa ditonton di Netflix pada 24 Desember 2021.

Dengan durasi 138 menit, film ini berhasil dinobatkan sebagai satu dari sepuluh film teratas tahun 2021 oleh National Board of Review dan American Film Institute. Terlebih lagi, film ini menerima empat nominasi di Golden Globe Awards ke-79.

Film ini mendapat rating 55% dan skor penonton 77% di Rotten Tomatoes. Sedangkan di situs IMDb, Don't Look Up mendapat skor 7,9/10. Sebelum tonton, yuk baca review nya.

Politik vs Kemanusiaan, Mana yang Menang?

Bermula dari temuan komet yang menggemparkan oleh seorang kandidat doktor, Kate Dibiasky (Jennifer Lawrence). Komet tersebut diperhitungkan bukan hanya akan melewati bumi, melainkan akan menabrak planet Bumi. Temuan tersebut dikonfirmasi oleh astronom Dr. Randall Mindy (Leonardo DiCaprio).

Diperkirakan, komet tersebut akan menghantam bumi dalam enam bulan ke depan. Perkiraan, bisa dibilang perhitungan Dibiasky dan Dr. Mindy ini mendekati angka 100%. Artinya, bencana besar bagi penduduk bumi, bukan? Coba tonton trailer-nya, deh.


Keseruan dalam film ini mulai menggairahkan sejak Dibiasky, Dr. Mindy, dan koleganya, Clayton Oglethorpe (Rob Morgan) bertemu dengan Presiden Janie Orlean (Meryl Streep) beserta stafnya. Sebenarnya, pertemuan pertama mereka ditunda hingga keesokan harinya, tentu karena kesibukan Presiden. Dari luar ruangan, terdengar ucapan selamat ulang tahun.

Saya melihat betapa ilmuwan tidak dihargai di sini. Pertemuan mereka yang pertama kali sebenarnya harus ditunda demi urusan-urusan pribadi si Presiden. Hingga saatnya mereka bisa berhadapan langsung dengan Presiden, ternyata Presiden beserta staf malah menertawakan dan meremehkan tiga ilmuwan tersebut. Sejujurnya saya agak geram menonton scene ini.

Pertemuan tersebut berakhir dengan keputusan bahwa penemuan itu akan dikonfirmasi terlebih dahulu ke astronom-astronom di berbagai penjuru Amerika. Dan, untuk sementara, penemuan tersebut menjadi rahasia negara.

Presiden tertawa meremehkan ilmuwan itu, tidak mengambil sikap penyelamatan rakyatnya. Ia malah sibuk memikirkan elektabilitasnya. Di sini, Politik menang 1-0 atas Kemanusiaan. Hebat!

Sains Fiksi atau Komedi Gelap?

Tapi, coba bayangkan jika hal seperti di atas terjadi secara nyata? Tidak perlu jauh-jauh, sebenarnya film ini bisa dikatakan menyindir pemerintah Amerika Serikat yang tidak bersikap tegas untuk melindungi rakyatnya ketika pandemi Covid-19 terjadi.

Don't Look Up bergenre komedi satir atau komedi gelap (dark comedy). Menurut Esquire, film ini merupakan sindiran terhadap ketidakpedulian pemerintah dan media terhadap krisis iklim. Tidak hanya itu, dipilihnya Leonardo DiCaprio bukan tanpa alasan. Doi memang dikenal sebagai salah satu aktor yang giat menyuarakan perubahan iklim.

Lalu, film ini termasuk sains fiksi atau komedi satir? Saya kira keduanya bisa dinobatkan. Melihat gambaran tidak bijaknya politik Amerika ketika menanggapi bencana besar, juga proses syuting film ini yang tidak main-main.

Pada bagian awal film, saya menangkap tone serius. Sains fiksinya dapet banget! Ditambah pembawaan tokoh-tokoh astronom yang sangat kaku dan serius. Mereka sangat khawatir jika bumi benar-benar akan hancur. Mereka juga mengupayakan berbagai cara agar publik mengetahui kenyataan bahwa bumi yang mereka pijak sedang terancam.

Akting Leonardo DiCaprio tidak perlu disangsikan. Ia membawakan Dr. Mindy yang bikin saya greget. Selain punya panick attack dan butuh bermacam-macam obat, Dr. Mindy bukan orang berpendirian kuat. Ia memang tidak main-main memperingatkan umat manusia dari kemungkinan tabrakan dengan komet. Namun, Ia pribadi merupakan sosok yang rapuh dan kurang tegas. Kamu akan tahu setelah kamu nonton sendiri film ini.

Lain dengan Kate Dibiasky. Meskipun sama-sama kaku, tapi tokoh Kate ini cukup relate dengan generasi yang labil, meledak-ledak dan spontan. Ketika Kate geram dan mengumpat, saya merawa terwakilkan. Hehe.

Lalu tone film berubah ke arah komedi satir. Bukan komedi yang membuatmu ngakak terpingkal-pingkal. Sebaliknya, komedi ini adalah satire terhadap sikap Presiden Amerika kertika menangani kasus Covid-19.

Bagi beberapa orang, film ini disebut 'bingung'. Saya merasakan itu juga. Tapi menurut saya, di situlah letak keunikan dan daya tarik film ini. Hingga pandemi berlalu nantinya, saya kira film ini layak dirujuk bagi generasi penerus kita.

Sifat Rakus Manusia

Peter Isherwell beserta Presiden Orlean dan jajarannya

Pada pertemuan kesekian dengan Presiden, diputuskan bahwa Amerika akan menjalankan misi utnuk menghancurkan komet menjadi pecahan lebih kecil. Namun, misi tersebut dibatalkan karena CEO BASH, Peter Isherwell, menawarkan misi lain. Ia menawarkan Presiden untuk menambang mineral berharga dari komet tersebut.

Peter Isherwell ini bisa dikatakan mewakili para tech bros yang merasa dirinya tidak tersentuh pemerintah. Sebutlah Jeff Bezos atau Elon Musk. Ego Peter melangit mengatasnamakan teknologi, menjelaskan keuntungan yang bisa diperoleh dari penambangan mineral dari komet. Presiden dengan mata berbinar mendengarkan.

Keputusan akhirnya ialah Presiden tidak akan menghancurkan komet, melainkan mengirim sekitar tiga puluh satelit untuk mendarat di komet yang bergerak itu. Seperti dugaan, rencana tersebut gagal karena berbagai faktor. Manusia pun ketakutan dan terjadi kaos di mana-mana.

Merasa usahanya sudah berakhir dan tidak berbuah indah, Dr. Mindy memutuskan pulang ke rumah. Ia meminta maaf kepada istri dan kedua putranya. Mengajak Oglethorpe, serta Kate dan pacar barunya, Yule (Timothee Chalamet). Mereka menyiapkan makan malam bersama sambil berbincang santai. Seolah dunia tidak akan berakhir malam itu.

Mereka berdoa, bergandengan tangan, dipimpin oleh Yule. Lampu seperti korslet. Keadaan kota kacau dan terkendali.

Lalu, saya membayangkan istri Dr. Mindy yang baik hati itu berkata "If the world was ending you'd come over, right?"

Dinding dan jendela di belakang mereka hacur. Semua padam.


Oya, saya punya kantong jajan nih. Kalau kamu suka tulisan saya, boleh nih ngasih jajan kopi. Hehe. Coba mampir ke sini deh sarahayuur (@sarahayuur) | Nih buat jajan



Comments

  1. ini film pertama yang aku tonton di 2022! aku suka juga karena bener-bener sindiran keras buat pemerintahnya, bukannya bertindak cepet malah fokus ke hal yang nggak penting :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. sejujurnya aku juga baru nonton di bulan Januari ini kak. "urusan menyelamatkan dunia nanti dulu deh, image gue buat pemilu mendatang lebih genting nih," kata Presiden Orlean

      Delete
  2. film ini realistis menurutku. padanan meteor itu adalah perubahan iklim. akan selalu ada manusia rakus yg mendahulukan kepentingannya daripada kebutuhan manusia kebanyakan. dan mereka selalu menang

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar kak, sangat realistis. iya, komet dalam film itu diibaratkan perubahan iklim yang mengancam kehidupan manusia. bedanya perubahan iklim terjadi cukup lama (tahun atau abad), sedangkan komet benar-benar singkat (6 bulan).
      dan tentang manusia rakus, di manapun, spesies itu pasti ada hehe

      Delete

Post a Comment