Identitas
buku
Judul
buku : Serdadu Afrika di Hindia
Belanda 1831-1945
Penulis
: Ineke van Kessel
Pengantar : Arthur Japin
Penerbit : Komunitas Bambu
Cetakan : Pertama, Mei 2011
Tahun
terbit : 2011, Jakarta
Tebal
buku : xiv + 306 hlm; 15.5 x 24 cm
Nomor
Edisi : ISBN 979-3737-98-2
Ineke van Kessel (1948) adalah seorang sejarawan yang berpengalaman selama belasan tahun di bidang jurnalistik. Ia adalah seorang ahli sejarah Afrika dan menjadi peneliti senior di Afrika-Studicentrum, Leiden, Belanda. Karya-karyanya yang telah diterbitkan sebelum buku ini antara lain Beyond our Wildest Dreams: the United Democratic Front and the Transformation of South Africa (2000), Merchants, Missionaries and Migrants: 300 years of Dutch-Ghanaian relation (2000). dan biografi Nelson Mandela, Nelson Mandela in een notendop (2010).
Dalam proses pembuatan buku ini, Van Kessel meneliti tumpukan arsip dan mewawancarai puluhan keturunan serdadu Afrika selama bertahun-tahun.
Buku ini mengangkat topik serdadu Afrika di Hindia
Belanda sejak 1831 hingga kemerdekaan Indonesia. Orang asing pada masa itu
sering dijadikan serdadu karena tidak dapat berbaur dengan cepat dengan
penduduk setempat yang akan dikuasai. Beberapa mendaftar secara sukarela untuk
menjadi serdadu, namun tidak sedikit yang terpaksa karena sebelumnya ia
merupakan budak.
Bab pada buku ini terdiri dari artikel-artikel dengan sub-topik yang beragam namun masih dalam satu pembahasan mengenai serdadu Afrika di Hindia Belanda. Van Kessen menulis berdasarkan wawancara dengan orang-orang berdarah Belanda dan Afrika.
Artikel-artikel tersebut di antaranya membahas tentang Korps Negro di Hindia Belanda, awal perekrutan serdadu di Afrika, serta kejadian-kejadian di Sumatera dan Jawa akibat ulah serdadu.
Selain itu, Van Kessen juga mengupas bagaimana kisah perjalanan pasukan
dari Bonjol sampai Aceh, sepak terjang orang Negro dalam sastra Hindia Belanda, kehidupan
masyarakat Indo-Afrika di Jawa, hingga jatuhnya Pemerintahan Hindia Belanda dan
kehidupan serdadu Afrika di Belanda.
Penelitian sejarah menggunakan gaya penulisan jurnalistik ini, mampu menghidupkan kembali sejarah "Belanda Hitam" yang sempat terlupakan. Tidak hanya itu, buku Van Kessen ini patut dibaca oleh para pecinta sejarah karena gaya tulisannya yang mereduksi sifat monoton pada buku sejarah. Buku ini tidak hanya berupa kajian sejarah tetapi juga dapat mencakup kajian sosiologi dan antropologi.
Secara tidak langsung, buku ini juga membicarakan keragaman asal-usul masyarakat Indonesia. Dengan terjemahan Bahasa Indonesia, buku ini lebih mudah dipahami oleh pembaca dari Indonesia. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi dan foto dari arsip pribadi dan arsip-arsip nasional beberapa negara sehingga dapat dibaca dan dipelajari oleh kalangan umum.
Comments
Post a Comment